Diskriminasi merupakan dampak dari perbuatan ataupun
perkataan yang kurang seimbang sehingga dapat menimbulkan ketidakserataan dalam
penggunaan bahasa. Faktor lain dari penyebab diskriminasi adalah fanatisme
berbahasa daerah terhadap penggunaan Bahasa Indonesia. Sering kita jumpai
fanatisme berbahasa daerah ini pada berbagai kegiatan di masyarakat terutama
pada transaksi jual beli di masyarakat Jawa Timur terutama di Surabaya. Salah
satu sample data yang saya perolaeh adalah dari “Toko Rejeki Baru” di pasar bhineka
kelurahan Bulak Banteng kecamatan Kenjeran Surabaya yang ketika terjadi
komunikasi antara penjual dan pembeli yang menggunakan bahasa Indonesia dan
yang menggunakan bahasa daerah dapat terlihat perbedaan yang sangat menonjol.
Hal ini bisa dilihat dari percakapan berikut:
Percakapan I
B: Tiga lima mas!
A: Kalau dua puluh bagaimana pak?
B:Ya tidak dapat mas! Tambahin dikit
lah!
A:Kalau dua puluh lima bagaimana?
B:Tambahin dua ribu mas!
A: Ya sudah pak, saya mau beli yang
ini!
Percakapan II
A: Sepatu niki pinten Pak? (sepatu
ini berapa Pak?)
B: Tigang doso sekawan ewu Bu! (tiga
puluh ribu Bu!)
A: Mboten angsal kirang ta Pak!
(tidak boleh kurang Pak?)
B: Ngge kedhik mawon Bu! (ya,
sedikit saja Bu!)
A: Selangkung ngge Pak? (dua puluh
lima ya Bu?)
B: Mothen angsal Bu! (Belum boleh
Bu!)
A: Selangkung! (dua puluh lima)
B: Nggeh pun! (ya sudah!)
Oleh: Alfian Arif Bintara/Angkatan 2009 |
Dari dua percakapan tersebut merupakan tansakasi
jual-beli yang diperoleh dari toko sepatu di pasar Bhineka Bulak Banteng
Kecamatan Kenjeran Surabaya. Salah satu pembeli menggunakan bahasa Indonesia
dan yang satunya menggunakan bahasa Jawa dalam komunikasi transaksi
jual-belinya. Dan pada percakapan pertama si pembeli yang menggunakan bahasa
Indonesia mendapatkan sepatu yang lebih mahal atau selisih dua ribu
dibandingkan pembeli yang menggunakan bahasa Jawa pada percakapan kedua, dan
ternyata fanatisme berbahasa daerah sangat mendukung akan diskriminasi
tersebut. Dan hal ini seolah-olah menjadi sesuatu yang menakutkan bagi bahasa
Indonesia yang melakukan transaksi jual beli di daerah ini, dari kedua percakapan
tersebut bisa disimpulkan bahwa diskriminasi bahasa telah disebabkan oleh
fanatisme bahasa daerah yang telah dibuktikan melalui sample transaksi jual
beli tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar