Rabu, 06 Maret 2013

Mencari Nilai Sosial Sejak Dini dengan Sastra Anak

 Nilai yang dimiliki oleh masyarakat disebut dengan nilai sosial. Setiap masyarakat memiliki nilai sosial sebagai ciri identitas masyarakat tersebut. Nilai tersebut dianut, diyakini kebenarannya serta dijunjung tinggi keberadaannya. Dalam pandangan sosiologi, nilai dianggap sebagai bagian dari sistem sosial masyarakat.
            Pengertian nilai tidak ada batasannya karena nilai itu sendiri bersifat abstrak dan hanya bisa difahami oleh orang atau masyarakat yang menganut dan mengamalkan nilai sosial. Namun demikian, dari dua pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa nilai sosial adalah Penghargaan yang diberikan masyarakat kepada sesuatu yang dianggap benar, baik luhur dan penting yang berguna secara nyata bagi menjaga kelangsungan hidup masyarakat.
Basuki Zulkurnain/ Angkatan 2009
            Nilai sosial adalah segala sesuatu yang dianggap baik dan benar, yang diidam-idamkan masyarakat. Agar nilai-nilai sosial itu dapat tercipta dalam masyarakat, maka perlu diciptakan norma sosial dengan sanksi-sanksi sosial. Nilai sosial merupakan penghargaan yang diberikan masyarakat kepada segala sesuatu yang baik, penting, luhur, pantas, dan mempunyai daya guna fungsional bagi perkembangan dan kebaikan hidup bersama.
Berikut ini definisi nilai sosial menurut pendapat para ahli.
1. Alvin L. Bertrand. Nilai adalah suatu kesadaran yang disertai emosi yang relatif lama hilangnya terhadap suatu objek, gagasan, atau orang.
2.  Robin Williams. Nilai sosial adalah hal yang menyangkut kesejahteraan bersama melalui konsensus yang efektif di antara mereka, sehingga nilai-nilai sosial dijunjung tinggi oleh banyak orang.
3. Young. Nilai sosial adalah asumsi-asumsi yang abstrak dan sering tidak disadari tentang apa yang benar dan apa yang penting.
4.  Clyde Kluckhohn. Dalam bukunya ‘Culture and Behavior’, Kluckhohn menyatakan bahwa yang dimaksud dengan nilai bukanlah keinginan, tetapi apa yang diinginkan. Artinya nilai bukan hanya diharapkan, tetapi diusahakan sebagai suatu yang pantas dan benar bagi diri sendiri dan orang lain.
5. Woods. Nilai sosial adalah petunjuk-petunjuk umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari.
6.  Koentjaraningrat. Suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia.
7. Notonagoro. Nilai dibedakan atas nilai material, vital, dan kerohanian. 1) Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. 2) Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitasnya. 3) Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia. Nilai kerohanian dapat dibedakan atas nilai-nilai berikut ini; a) Nilai kebenaran atau kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia (rasio, budi, cipta). b) Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa manusia (perasaan, estetis). c) Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak atau keamanan (karsa, etika). d) Nilai religius yang merupakan nilai ketuhanan serta kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia .
 Agar dapat memudahkan kita memahami tentang nilai sosial, maka dibawah terdapat ciri-ciri yang menunjuk pada pengertian nilai sosial. Nilai sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.  Nilai tercipta secara sosial bukan secara biologis ataupun bawaan lahir.
2. Nilai berlangsung secara terus menerus dari generasi ke generasi melalui berbagai macam proses sosial, seperti interaksi, difusi, akulturasi dan kontak sosial.
3. Nilai memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap orang perorangan dan masyarakat.
4.   Nilai melibatkan emosi dan perasaan.
http://anaajat.blogspot.com/2012/08/pengertian-nilai-dan-nilai-sosial.html
Saya tertarik dengan bagaimana caranya untuk mendapatkan nilai sosial dengan nilai berlangsung secra terus menerus dari generasi ke generasi melalui berbagai macam proses sosial, seperti interaksi, difusi, akulturasi dan kontak sosial dan Nilai melibatkan emosi dan perasaan.
disinilah saya mecoba menggambungkan bagai mana anak usia dini , lebih spesifik anak Sekolah dasar mencari nilai-nilai sosial dalam bermasyarakat. Namun hal ini perlu digaris bawahi karena anak kecil selalu menelan mentah-mentah apa yang ia dapat kan, jadi mereka perlu lah bimbingan orang tua tentunya. Dan berikut ini adalah se jumblah pengertian bagaimana itu sastra anak yang saya referensi di
 http://elvin233.blogspot.com/2012/05/pengertian-dan-manfaat-sastra-anaksd.html
 Sastra anak adalah sastra yang menglisahkan dunia anak (fantasi-bermain) dan bersifat “ ke-masakini-an”.
Tingkat menggemari, yang ditandai oleh adanya rasa tertarik kepada buku-buku sastra serta keinginan membacanya dengan sungguh-sungguh, anak melakukan kegiatan kliping sastra secara rapi, atau membuat koleksi pustaka mini tentang karya sastra dari berbagai bentuk.
Tingkat menikmati, yaitu mulai dapat menikmati cipta sastra karena mulai tumbuh pengertian, anak dapat merasakan nilai estetis saat membaca puisi anak-anak, atau mendengarakan deklamasi puisi/prosa anak-anak, atau menonton drama anak-anak.
Tingkat penikmatan, misalnya menikmati pembacaan/deklamasi puisi,menonton drama, mendengarkan cerita.
Tingkat penghargaan, misalnya memetik pesan positif dalam cerita, mengagumi suatu karya sastra, meresapkan nilai-nilai humanistik dalam jiwa; menghayati amanat yang terkandung dalam puisi yang dibacanya atau yang dideklamasikan.
Tingkat pemahaman, misalnya mengemukakan berbagai pesan-pesan yang terkandung dalam karya sastra setelah menelaah atau menganalisis unsur instrinsik-ekstrinsiknya, baik karya puisi, prosa maupun drama anak-anak.
Tingkat penghayatan, misalnya melakukan kegiatan mengubah bentuk karya sastra tertentu ke dalam bentuk karya lainnya (parafrase), misalnya mengubah puisi ke dalam bentuk prosa, mengubah prosa ke dalam bentuk drama, menafsirkan menemukan hakikat isi karya sastra dan argumentasinya secara tepat.
Tingkat implikasi, misalnya mengamalkan isi sastra, mendayagunakan hasil apresiasi sasatra untuk kepentingan peningkatan harkat kehidupan (Suparman dalam Tarigan 2000)
    melatih keempat keterampilan berbahasa,
   menambah pengetahuan tentang pengalaman hidup manusia seperti adat istiadat, agama, kebudayaan, dsb,
    membantu mengembangkan pribadi,
     membantu pembentukan watak,
     memberi kenyamanan
     meluaskan dimensi kehidupan dengan pengalaman baru (Wardani 1981)
     mengembangkan imajinasi,
     mengembangkan pandangan kearah persoalan kemanusiaan
     meningkatkan keterampilan membaca- menulis yang akan diuraikan secara singkat.
 jenis sastra untuk anak-anak
Secara umum jenis sastra terbagi atas tiga bentuk, yaitu bprosa, puisi, dan drama. Ketiga bentuk tersebut memiliki ciri dan otonomi yang berbeda. Bentuk-bentuk tersebut dapat dibedakan berdasarkan format teks/ struktur, bahasa, dan bangun sastranya (mode). Jenis-jenis sastra tersebut dapat digunakan sebagai materi pembelalajaran sastra semua jenjang pendidikan. Dari bentuk-bentuk sastra tersebut, umumnya anak-anak menyenangi hal-hal yang fantastic, pertualangan, kepemimpian, keberanian, dan peristiwa aneh-aneh.
Untuk puisi, Fisher dan maretta (dalam Tarigan 1995) menyatakan bahwa anak-anak senang menggemari puisi naratif, limerick. Dan lirik khususnya berkaitan dengan binatang dan pengalaman-pengalaman yang lazim dalam kehidupan anak. Mengingat begitu beragamnya jenis sastra, penelitian ini hanya akan memfokuskan satu bentuk saatra, yaitu prosa khusunya prosa fiksi untuk anak-anak sebagai materi penelitian pembelajaran sastra di SD. Penjelasan tersebut akan diawali dari penjelasan prosa fiksi dan penguraian jenis-jenis prosa fiksi.
1.      Prosa Fiksi
Pada dasarnya prosa fiksi mengacu pada kata yang membentuknya, yaitu kerangka dasar pada kata ”fiksi”. Kata fiksi atau fiction di turunkan dari bahasa latin fistio, fictun yang berarti ”membentuk, membuat, mengadakan, menciptakan” (Webster New Collegiate Distionary dalam Tarigan, 1960). Menurut The American College Dictionary (dalam Tarigan, 1995), istilah fiksi dapat diartikan cabang dari sastra yang menyusun karya-karya narasi imajinatip, terutama dalam bentuk prosa atau sesuatu yang diadakan, dibuat-buat, diimajinasikan, dan suatu cerita yabg disusun.
Prosa dapat diartikan sebagai bentuk cerita rekaan atau cerita yang diciptakan berdasarkan kekuatan imajinasi pengarang untuk membangkitkan atau menghidupkan segala sesuatu itu lebih hidup dan seolah-olah apa yang diceritakan benar-benar terjadi dalam dunia nyata. Menurut Aminuddin (1987, istilah prosa fiksi disebut juga karya fiksi atau prosa cerita, prosa narasi, narasi atau cerita ber plot. Rahmanto (1986 menjelaskan bahwa cerita fiksi dapat dikatagorikan sebagai bentuk sastra yang imajinatif. Prosa fiksi anak-anak memiliki berbagai macam jenis. Menurut beberapa ahli sastra, jenis-jenis PFA dikategorikan
Fungsi buku yang bergambar menurut Stewig (1980) memiliki tiga hal penting, yaitu:
         buku bergambar menyediakan bahasa untuk anak,
         buku bergambar mempertajam wawasan anak, dan
         buku bergambar memberikan dorongan dan memengaruhi anak secara jelas.
2.      Sastra Tradisional
Sastra tradisional merupakan salah satu jenis sastra yang paling tua kehadiranya dalam kancah kesastraan. Sastra tradisional umumnya berisi tentang tukang sihir, putrid-putri cantik, dan pahlawan berani. Isi cerita sastra tardisional dikelompokan menjadi beberapa kategori, misalnya cerita rakyat, mitologi,legenda, fable, dongeng, perumpamaan, balada, nyanyian rakyat, dan syair-syair kepahlawanan (Huck dkk., 1987).
3.      Fiksi Realistis
fiksi realistis (FR) adalah cerita yang ditulis secara imajinatif realistis berkenaan dengan keseluruhan aspek hidup dan kehidupan manusia. Tema-tema umum fiksi realistis berkisar pada masalah keluarga.
4.      Fiksi Sejarah
fiksi sejarah merupakan cerita realistis masa lalu latau latar waktunya masa lalu dengan kisahan waktu yang berbeda (Rothlein, 1991 dan stewig, 1980).
5.      Fiksi Fantasi
Istilah fiksi fantasi identik dengan pembatasan ketidakpercayaan. Fiksi fantasi disebut juga cerita khayal. Fiksi fantasi menggabungkan unsur-unsur yang mungkin dan yang tidak mungkin untuk membuat hal yang tidak dapat dipercaya tampak dipercaya. Fiksi fantasi memasukan hubungan antara bahasa dengan gambaran, membuat benda-benda yang tidak tampak menjadi tampak, dan membuat hal-hal yang tidak diketahui menjadi diketahui (Cullinan, 1989).
6.      Fiksi Ilmu Pengetahuan
fiksi ilmu pengetahuan adalah subbagian cerita fantasi. Pada dasarnya, fiksi ilmu pengetahuan menekankan dasar-dasar hokum ilmiah dan kemajuan teknologi.
Bagaimana para pembaca inilah yang hanya bisa berikan kepada anda sekalian, saya akui materi yang saya dapatkan dengan googleing namun pemikiran yang memunculkan judul diatas adalah saya banyak menemui masalah sosial dikalangan ank SMA, SMP, dan SD mungkn dengan proses sastra anak ini, anaka akan responsif kita menghadapi masalah-masalah dalam bentuk sosial.

Daftar Kutipan:
http://anaajat.blogspot.com/2012/08/pengertian-nilai-dan-nilai-sosial.html
http://elvin233.blogspot.com/2012/05/pengertian-dan-manfaat-sastra-anaksd.html




Pengaruh Fanatisme Berbahasa Daerah dalam Transasksi Jual Beli di Pasar Bhineka Surabaya pada Kajian Sosiolinguistik


Diskriminasi merupakan dampak dari perbuatan ataupun perkataan yang kurang seimbang sehingga dapat menimbulkan ketidakserataan dalam penggunaan bahasa. Faktor lain dari penyebab diskriminasi adalah fanatisme berbahasa daerah terhadap penggunaan Bahasa Indonesia. Sering kita jumpai fanatisme berbahasa daerah ini pada berbagai kegiatan di masyarakat terutama pada transaksi jual beli di masyarakat Jawa Timur terutama di Surabaya. Salah satu sample data yang saya perolaeh adalah dari “Toko Rejeki Baru” di pasar bhineka kelurahan Bulak Banteng kecamatan Kenjeran Surabaya yang ketika terjadi komunikasi antara penjual dan pembeli yang menggunakan bahasa Indonesia dan yang menggunakan bahasa daerah dapat terlihat perbedaan yang sangat menonjol. Hal ini bisa dilihat dari percakapan berikut:

Percakapan I
A: Pak Sepatu sepasangnya berapa Pak?
B: Tiga lima mas!
A: Kalau dua puluh bagaimana pak?
B:Ya tidak dapat mas! Tambahin dikit lah!
A:Kalau dua puluh lima bagaimana?
B:Tambahin dua ribu mas!
A: Ya sudah pak, saya mau beli yang ini!

Percakapan II
A: Sepatu niki pinten Pak? (sepatu ini berapa Pak?)
B: Tigang doso sekawan ewu Bu! (tiga puluh ribu Bu!)
A: Mboten angsal kirang ta Pak! (tidak boleh kurang Pak?)
B: Ngge kedhik mawon Bu! (ya, sedikit saja Bu!)
A: Selangkung ngge Pak? (dua puluh lima ya Bu?)
B: Mothen angsal Bu! (Belum boleh Bu!)
A: Selangkung! (dua puluh lima)
B: Nggeh pun! (ya sudah!)

Oleh: Alfian Arif Bintara/Angkatan 2009
Dari dua percakapan tersebut merupakan tansakasi jual-beli yang diperoleh dari toko sepatu di pasar Bhineka Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran Surabaya. Salah satu pembeli menggunakan bahasa Indonesia dan yang satunya menggunakan bahasa Jawa dalam komunikasi transaksi jual-belinya. Dan pada percakapan pertama si pembeli yang menggunakan bahasa Indonesia mendapatkan sepatu yang lebih mahal atau selisih dua ribu dibandingkan pembeli yang menggunakan bahasa Jawa pada percakapan kedua, dan ternyata fanatisme berbahasa daerah sangat mendukung akan diskriminasi tersebut. Dan hal ini seolah-olah menjadi sesuatu yang menakutkan bagi bahasa Indonesia yang melakukan transaksi jual beli di daerah ini, dari kedua percakapan tersebut bisa disimpulkan bahwa diskriminasi bahasa telah disebabkan oleh fanatisme bahasa daerah yang telah dibuktikan melalui sample transaksi jual beli tersebut.


Selasa, 05 Februari 2013

STRES MACET DENGERIN LAGU KRONCONG


Oleh : Basuki Zulkurnain. N

Kemacetan yang selalu menjadi momok di jam berangkat kerja dan jam sibuk. Surabaya adalah kota kedua di indonesia yang mengalami kemacetan parah setelah kota megapolitan Jakarta. Efek dari kemacetan tersebut menyebabkan pikiran orang menjadi strez, emosi, saling maki dan membunyukan klakson dengan panjang.

      "Kejiwaan, faktor kejiwaan sangat berpengaruh di dalam lingkungan masyarakat baik lingkungan kerja maupun di lingkungan pendidikan, contoh: agen masyarakat dan lingkungan akademik. Faktor kejiwaan akan berubah apabila di latarbelakangi  dengan rasa ketidak puasan terhadap sesuatu yang sedang dilakukan. Seperti contoh kemacetan lalu lintas di ibukota jakarta yang semakin hari semakin tidak jelas kepadatan nya. Adanya timbul rasa jenuh dan tingkatan stess yang mulai memuncak apabila terjebak padat nya lalu lintas. Masyarakat mulai resah dan gelisah karena perkembangan jalanan di ibukota selalu jalan ditempat dan tak ada perubahan yang berarti".


 tanpa di dasari oleh kita bahwasannya ketika terjebak dalam kemacetan selama 2 jam dan jika kita kalkulasikan 1 tahun kita 1 bulan menikmatiti hidup di jalan. Saya sedikit berfikir adakah hiburan di keramaian dan lautan emosi, dan saya berfikir di jalan Achmad Yani surabaya ini di beri sound sistem dan di putarkan lagu Kroncong. Kenapa lagu keroncong? Karena menurutsaya alunan gitar kencrung dan uku lele. Membuat nuansa dan tenangkan fikiran. Jadi tak ada lagi emosi suara klakson dan makian yang ada hanya alunan keroncong dan sinden.

Senin, 04 Februari 2013

Puisi 2013






Oleh: Masrifa Analia/ Alumnus
Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia
Selembar Daun yang menangis---------------

Tundukku bukan malu, hujan.
Aku tunduk sebab kehilangan madu.
Kisah rumit dan lega tempo dulu,
Telah lahir dalam darahku.

Diamku bukan marah, hujan.
Aku diam sebab kehilangan sukma.
Kenangan indah dan buta masa lalu,
Telah mengikat jiwaku.


Acuhku bukan kecewa, hujan.
Aku acuh sebab kehilangan gairah.
Sungguh, tiada yang kusesalkan karenamu, hujan.

Aku, selembar daun yang menangis,
Aku hanya selembar daun yang menangis, hujan.

Aku menangis bukan sebab tubuh yang luka,
Tangisku sebab takdir, hujan.
Takdirku yang gugur oleh elokmu, hujan.

Lepas darahku,
Lepas jiwaku,
Lepas kisahku.
Sebab takdirku, bukan pilihanku.


Ku ucap pisah pada daun-daun,
Pada ranting-ranting,
Pada akar-akar,
Pada matahari yang setia hangatkanku.

Ketika entah ku dimana,
Kutitipkan rindu padamu, hujan.




25 Januari 2013
20:22